Pages

Senin, 08 Desember 2014

EKSISTENSI MAHASISWA DALAM SEMANGAT KEBANGKITAN NASIONAL



Sumpah Mahasiswa Indonesia,
Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah,
Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.
Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah,
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan.
Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah,
Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.
Itulah bunyi Sumpah Mahasiswa Indonesia yang menjadi asas kehidupan kaum intelek muda negeri ini. Merinding tentu saja bagi yang masih menghayati arti dan makna dari ikrar ini, tapi bukan tidak mungkin akan terkesan biasa-biasa saja ditelinga orang-orang yang belum menemukan jati diri kemahasiswaannya. Seperti kebanyakan ikrar pada umumnya, terkadang memang sangat gampang untuk diucapkan tapi sangat susah untuk diaplikasikan dalam dunia nyata. Sumpah mahasiswa Indonesia berisi penegasan dan sikap mahasiswa terhadap bangsa dan negaranya. Ikrar ini pulalah yang dijadikan asas dan pedoman perjuangan mahasiswa dalam mengawal berbagai permasalahan bangsa.

Ada tiga hal yang menjadi sorotan penegasan mahasiswa Indonesia dalam ikrarnya, yakni tanah air tanpa penindasan, bangsa yang gandrung akan keadilan, dan bangsa yang berbahasa satu yaitu bahasa tanpa kebohongan. Ketiga aspek ini juga mewakili tugas dan fungsi mahasiswa sebagai agent of change, moral force, dan social control. Sinkronisasi antara ikrar dan fungsi serta tugas mahasiswa inilah yang mengharuskan mahasiswa harusnya lebih memiliki jiwa kepekaan sosial yang tinggi. Bukan hanya berbuat yang terbaik buat pribadinya tapi terlebih lagi untuk bangsanya. Hanya hasil pemikiran cemerlang dari generasi mudalah yang bisa mengubah bangsanya menjadi lebih baik.
Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap tanggal 20 Mei bangsa kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Yah, itulah hari dimana titik awal perjuangan pemuda bangsa Indonesia dimulai. Kita semua tentu mengenal sosok Budi Utomo, tokoh pemuda Indonesia sekaligus pelopor perjuangan pemuda Indonesia. Beliau dengan begitu bersemangat ingin mengangkat harkat dan martabat bangsanya menjadi lebih baik. Jangan lupakan pula bahwa gerakan perlawanan yang dilakukan beliau pada masa lalu adalah buah dari kesadaran berbangsa dalam melihat realitas negara yang carut marut. Semangat beliaulah yang menjadi simbol semangat seorang pemuda Indonesia sejati. Semangat itu pula yang diyakini masih melekat pada sanubari para pemuda dan mahasiswa Indonesia sekarang ini. Semoga saja.
Tapi apakah bangsa kita benar-benar telah bangkit dalam semangat kebangkitan nasional ini? Atau malah sebaliknya akan tambah terpuruk dengan berbagai problematikanya? Sebelum menjawab mungkin ada baiknya kita melirik sejenak pada kondisi kekinian banga dan negara kita. Rezim pemerintahan SBY-Boediono dianggap gagal oleh banyak kalangan. Pemerintahan yang pro terhadap rakyat disinyalir hanyalah impian belaka. Bangsa kita sudah terlalu jauh keluar dari rel yang semestinya. Berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang notabene seharusnya menguntungkan rakyat, justru malah menguntungkan kelompok dan golongan tertentu. Ada benarnya ujar-ujar yang mengatakan bahwa “yang kaya akan semakin kaya, yang miskin akan semakin miskin.”. Aspirasi rakyat kecil seolah-olah hanyalah nyanyian yang akan semakin membuat wakil-wakil rakyat kita tertidur dalam ruangan kerja nan mewahnya.
Pertanyaan selanjutnya apakah kondisi kebangsaan saat ini sudah sesuai dengan ikrar mahasiswa yang tertuang dalam Sumpah Mahasiswa Indonesia diatas? Mungkin pembaca sepakat dengan saya untuk mengatakan masih agak jauh dari yang semestinya diharapkan. Pertama, menyinggung masalah tanah air tanpa penindasan. Tanpa penindasan berarti tanpa perampasan hak-hak kemanusiaan. Namun kita tidak bisa menutup mata terhadap berbagai kasus perampasan tanah, berbagai kekerasan agraria, dan penindasan terhadap anak-anak jalanan yang semestinya menjadi tanggungjawab negara.
Kedua, terkait dengan bangsa yang menjunjung tinggi keadilan. Mungkin bisa dikatakan bahwa inilah permasalahan yang paling kronis dinegara kita. Keadilan sosial yang juga merupakan amanat dari pembukaan UUD 1945 seolah tak mendapat prioritas dinegeri ini. Hukum dengan begitu mudahnya masih bisa diperjualbelikan dinegara yang notabenenya adalah negara hukum. Masih ada segelintir orang yang kebal terhadap hukum hanya karena dia adalah orang kaya atau sekedar punya relasi dengan aparat penegak hukum. Lucu memang ketika kita bandingkan dengan penegakan hukum dinegara-negara tetangga. Mereka menegakkan hukum tanpa memandang bulu sehingga akan menimbulkan efek jera bagi para pelaku pelanggaran hukum. Belum lagi menyinggung masalah korupsi. Inilah budaya yang seolah sudah menjadi hegemoni dinegara kita. Budaya korupsi inilah yang semakin membenamkan bangsa kita kejurang kehancuran. Para pemegang kekuasaan dengan begitu mudahnya membelokkan aliran keuangan rakyat ke rekening pribadinya. Parahnya lagi, terkadang itu dilakukan secara berjamaah dalam satu institusi. Tapi lucunya, para koruptor yang berhasil diseret ke meja hijau ujung-ujungnya juga mendapat hukuman yang kurang setimpal atau bahkan bebas dan dinyatakan tidak bersalah. Itulah mengapa Indonesia masih dianggap sebagai surga bagi para koruptor. Hal inilah yang terkadang membuat rakyat sakit hati dan geram terhadap penguasa negeri ini. Mereka hanya menginginkan kejujuran dan hukuman yang setimpal bagi oknum-oknum perampas uang mereka. Sederhana bukan?
Ketiga, bangsa yang berbahasa tanpa bahasa kebohongan. Mungkin kita semua maklum bahwa negara kita memang negara yang identik dengan kehidupan sinetron. Terlalu banyak kepura-puraan dan sandiwara yang dipertontonkan khususnya wakil-wakil rakyat kita. Tidak konsisten dalam berprinsip dan tidak teguh pada pendirian dan peraturan sudah menjadi kebiasaan yang lumrah dikalangan penguasa negeri ini. Mereka terlalu pandai bermain sirkus demi mendapatkan obsesi pribadinya. Negara kita tak ubahnya adalah sebuah panggung sandiwara dan rakyat disulap menjadi seorang penonton setia.
Nah, selanjutnya bagaimana eksistensi mahasiswa dalam mengawal berbagai permasalahan bangsa ini, khususnya untuk mewujudkan tujuan dari ikrar sumpah mahasiswa Indonesia itu sendiri? Seperti kita ketahui bahwa kondisi perjuangan mahasiswa sekarang ini memang mengalami berbagai masalah dan problematika dilapangan. Dari segi internal kampus, adanya pengekangan kreatifitas mahasiswa serta ancaman bagi para mahasiswa yang kritis tentunya dianggap sebagai faktor melemahnya pergerakan mahasiswa dewasa ini. Tak dapat dipungkiri bahwa kampus seolah tak bersahabat lagi bagi para insan kritis negeri ini. Status kemahasiswaan pun terkadang dipertaruhkan hanya untuk mengeluarkan sepatah kata perjuangan. Ironis memang, ketika bangsa ini sedang sakit dan membutuhkan pemikiran-pemikiran kritis generasi muda namun disaat bersamaan itu pula pengekangan terhadap kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat justru semakin menjadi-jadi di institusi kampus yang notabenenya adalah gudangnya calon intelek muda.
Ditinjau dari segi eksternal, perjuangan mahasiswa terkadang sudah tak bisa diterima lagi oleh masyarakat yang jelas-jelas berasal dari pihak yang diperjuangkan, yaitu rakyat. Penyebabnya jelas, adanya oknum-oknum mahasiswa yang terlalu militan dan terkadang bertindak diluar batas kewajaran. Namun apa daya, perubahan bangsa kita seolah-olah memang harus diawali dengan adanya sebuah kekerasan. Kita mungkin tidak bisa menerima itu tapi hal itulah yang terjadi saat sekarang ini. Para pemimpin kita memang butuh sedikit peringatan atau shock therapy agar lebih becus mengurus negeri ini. Meski terkadang kita harus berhadapan dengan tindakan represif aparat kepolisian. Namun itulah perjuangan, harus selalu ada yang dikorbankan.
Terlepas dari semua permasalan yang melilit bangsa kita, kita harus tetap bangga bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar dan bangsa yang kaya akan kebudayaan dan sumber daya alam. Masa depan bangsa kita tentunya ada dipundak kita semua. Mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan berpartisipasi aktif dalam pembangunan kebangsaan, baik itu pembangunan karakter bangsa maupun pembangunan yang bersifat fisik. Tugas dan tanggungjawab yang diemban mahasiswa sangatlah berat dalam membawa bangsa ini mengarungi percaturan dunia globalisasi. Kalah melangkah berarti akan tertinggal selamanya. Mahasiswa bersiaplah, masa depan bangsa dan negara bergantung pada langkah dan perubahan yang kita lakukan. Mari sama-sama berpegangan tangan dan melangkah bersama dalam iringan Himne kebanggan kita mahasiswa UNM, “Kita Ada Untuk Perubahan”. Keep Spirit!.(Rizal)


Penulis adalah Mahasiswa Bahasa Inggris FBS UNM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar